Senin, 16 November 2009

Indonesia Raih Empat Emas Olimpiade Fisika Asia

Tim Indonesia berhasil merebut empat medali emas, satu perak, dan dua perunggu dalam Olimpiade Fisika Asia Ke-6 yang berakhir kemarin di Pekanbaru.

PEKANBARU - Tim Indonesia berhasil merebut empat medali emas, satu perak, dan dua perunggu dalam Olimpiade Fisika Asia Ke-6 yang berakhir kemarin di Pekanbaru. Secara umum, Indonesia menduduki urutan kedua setelah Cina.

Empat emas diraih Andhika Putra (SMA Sutamo 1 Medan), Ali Sucipto T. (SMA Xaverius 1 Palembang), Machel Adrian (SMA Regina Pacis Bogor), dan Purnawirman (SMAN 1 Pekanbaru). Perak oleh Yongki Utama (SMA Dian Harapan Banten). Perunggu dari Ariyo Prabowo (SMA Taruna Nusantara Magelang) dan Thomas Alfa Edison (SMAN 3 Bandung). Indonesia juga mendapat honorable mention atas nama Chales Bernando dari tim Indonesia A. Syaifullah dan Prasetya Dwi W. dari tim Indonesia B berhasil memperoleh nilai setara honorable mention.

Kejutan datang dari tim Indonesia C, yang merupakan tim lokal dari Riau. Meski sebatas partisipan, satu wakilnya, Bambang Dwi Putera, berhasil meraih nilai yang masuk kategori medali perunggu.

Cina, yang selama ini selalu mendominasi tingkat Asia ataupun internasional, kembali menempati posisi teratas. Tim Negeri Tirai Bambu itu menyabet tujuh emas dan satu perak. Taiwan, yang selama ini juga dikenal sebagai pesaing terberat Indonesia, meraih tiga emas, dua perak, dan satu perunggu.

Hendra Kwee, pembina tim Indonesia A, mengaku puas dengan hasil tahun ini. Ketua juri Yohanes Surya, PhD mengatakan, prestasi Indonesia jauh lebih baik dibanding tahun lalu.

Sebelumnya, pembina tim Olimpiade Fisika Widia Lutfyanto hanya mentargetkan dua emas. Karena itu, ujar Ketua Panitia OFA Ke-6 Rachmat Widodo Adi, perolehan ini jelas melampaui target. "Ini di luar dugaan."

Bagi dia, hasil ini merupakan bekal bagus bagi keikutsertaan Indonesia pada Olimpiade Fisika Internasional di Salamanca, Spanyol, Juli mendatang.

Dalam sejarah OFA, prestasi terbaik Indonesia diraih dalam olimpiade di Thailand pada 2003. Waktu itu Indonesia meraih enam medali emas dan dua honorable mention. "Tapi saat itu Cina tidak hadir karena ada isu wabah penyakit SAR," kata Edi Gunanto, pembina tim Indonesia lainnya.

Di OFA tahun lalu, menurut dia, prestasi Indonesia merosot tajam, hanya mendapat dua honorable mention.

Pelaksanaan OFA dibagi dalam dua tahap ujian, teori dan eksperimen. Kedua ujian berlangsung enam jam di Politeknik Caltex Riau, Rumbai. Pemenang ditentukan setelah nilai peserta digabung dari hasil ujian. Hasilnya, Li Fan, peserta dari Cina, berhasil memperoleh nilai total tertinggi, 45,60. Skor tertinggi wakil Indonesia diperoleh Ali Sucipto dengan nilai 44,4. OFA berikutnya dilakukan di Kazakhstan, April 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar